Baca Berita

Mendongeng, Pesan Kebaikan dalam Cerita

02 January, 2018

Naufal Prakoso KaDo administrator berita

KOMPAS.com – Ingatkah sewaktu kita masih kanak-kanak, orangtua sering membacakan dongeng, terutama malam hari menjelang kita tidur? Bahkan, ada anak-anak yang tidak bisa tidur sebelum mendengarkan cerita. Sebenarnya dongeng tak hanya cerita pengantar tidur. Ada banyak nilai kehidupan yang bisa dipetik dari cerita.

 

Dongeng merupakan rangkaian peristiwa nyata atau tidak nyata yang disampaikan secara sederhana dan mengandung pesan moral yang baik. Kisah nyata itu bisa berupa sejarah, biografi atau testimoni.

 

Sementara kisah rekaan seperti fabel, mitos, legenda atau hikayat. Biasanya dongeng tentang tingkah laku binatang atau fabel kerap lebih menarik bagi anak-anak.

 

Tentu saja, dongeng harus disampaikan dengan menarik supaya pendengarnya tak kabur saat cerita belum selesai. Di sisi lain, sebuah pesan harus terkesan tidak menggurui agar anak-anak lebih cepat memahaminya.

 

Berbagai pesan kebaikan bisa disampaikan lewat dongeng, seperti bertingkah laku sopan, setia, rendah hati, jujur, tidak serakah, tak boleh mencuri, membantu orangtua hingga rajin belajar. Pesan-pesan sederhana itu biasanya diajarkan kepada anak- anak.

 

Banyak cara dapat dilakukan agar dongeng lebih menarik, misalnya pendongeng menggunakan alat peraga, tiruan suara hewan atau kita memakai alat bantu untuk menggambarkan situasi cerita agar lebih hidup.

 

Belajar mendongeng

 

Salah satu tempat yang bisa menjadi tempat belajar mendongeng adalah Kampung Dongeng di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Kampung Dongeng didirikan tahun 2009 oleh Awam Prakoso, atau Kak Awam, sapaannya.

 

Dalam mendongeng, Awam menggunakan metode musical story telling, yakni menirukan suara hewan dan berbagai benda.

Di tempat itu, dua kali dalam seminggu, puluhan anak-anak berkumpul mendengarkan dongeng, bernyanyi, dan belajar mendongeng. Mereka tidak hanya mendengarkan sebuah cerita, tetapi juga ikut bernyanyi, bertepuk tangan, melompat, membuat kerajinan tangan, bermain alat musik perkusi, dan bermain drama.

 

Ale, mahasiswa Jurusan Teknik Informatika Universitas Indraprasta, Jakarta, mengaku peduli anak-anak. Oleh karena itu, ia berusaha mencari hiburan untuk anak- anak yang sekaligus bisa menanamkan nilai-nilai kebaikan.

 

”Setelah keluar dari pekerjaan di salah satu sekolah TK, saya mencari komunitas yang peduli anak-anak. Saya bertemu Kampung Dongeng dan merasa cocok,” kata Ale.

 

Setelah bergabung dengan Kampung Dongeng, Ale lebih sering berkeliling sekolah-sekolah untuk mendongeng. Dalam satu bulan, dia bisa berkeliling ke-10 tempat. ”Penghasilannya lumayan, bisa untuk menambah uang kuliah,” ujar Ale.

 

Sementara Anizabella Putri Lesmana, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, mengaku, semasa kecil sang bunda selalu mendongeng untuknya sebagai pengantar tidur.

 

Banyak kisah disampaikan, mulai cerita nabi, dongeng tradisional seperti Timun Mas hingga kisah para putri terbitan Disney.

 

”Selalu suka, dongeng membuat saya senang berimajinasi dan lebih mudah menyampaikan sesuatu,” kata Bella, model dan artis film ini. Kini dia senang mendongeng untuk sepupu dan keponakannya yang masih kecil.

 

Ibunda Bella, Liza Riani, yang berprofesi sebagai notaris, menganggap mendongeng sebagai sarana tepat untuk menyampaikan nasihat dan pesan agar anak tak mudah ”melenceng”.

 

”Caranya, bisa dengan membacakan bermacam-macam buku cerita atau mengarang cerita sendiri tentang kisah-kisah teladan para nabi,” ujarnya.

 

Begitu pula dengan Dina Amalia Indriyati, siswa kelas XI IPS SMA Negeri 78 Kemanggisan, Jakarta Barat. Dia suka men- dengarkan dongeng dan membaca buku cerita. ”Saya tak pernah bosan mendengarkan dongeng,” katanya.

 

Mewarnai kehidupan

 

Awam mengatakan, banyak masalah sosial mewarnai kehidupan sehingga orangtua perlu menyiapkan masa depan anak-anak untuk 20 tahun ke depan. ”Anak-anak harus menjadi insan yang bermartabat, berbudi pekerti, dan tangguh. Dongeng bisa menjadi sarana yang baik untuk menyampaikan berbagai pesan kebaikan,” ujar Awam, yang telah menciptakan 26 dongeng.

 

Untuk itulah, Awam menyampaikan adanya rambu-rambu dalam sebuah dongeng untuk pesan kebaikan. Sebuah dongeng tak boleh memberi efek samping yang buruk bagi anak.

 

”Ceritanya tidak boleh mengandung unsur takhayul, horor, kekerasan, pornografi, dan tabu,” katanya.

 

Demi menebar sebuah kebaikan, tak jarang Awam mengubah jalan cerita dongeng klasik. Contohnya cerita Aladin yang mengusap-usap poci lalu keluarlah jin untuk mengabulkan permintaan seseorang. Kisah itu diubahnya dengan meminta sesuatu melalui doa.

 

”Kami menanyakan kepada anak-anak, apakah boleh minta sesuatu kepada jin? Kemudian kami ajarkan, untuk mendapat sesuatu harus melalui doa dan usaha. Jadi ceritanya bisa diubah,” kata Awam.

 

Di Kampung Dongeng ada 12 sukarelawan yang siap menebar kebaikan ke berbagai sekolah atau tempat anak-anak berkumpul. Sebelumnya, para pendongeng ini belajar mendongeng dengan alat peraga atau menirukan suara hewan seperti yang dilakukan Awam.

 

Setelah berlatih tiga bulan, mereka siap terjun ke lapangan. Cukup mengeluarkan uang Rp 500.000, siapa saja yang berminat mendongeng boleh belajar di Kampung Dongeng. Setelah berkeliling mendongeng, sukarelawan menyisihkan 30 persen penghasilannya untuk diberikan ke Kampung Dongeng.

 

”Biaya itu untuk kamp setelah tiga bulan berada di Kampung Dongeng. Mereka menginap selama tiga hari di suatu tempat untuk belajar mendongeng bersama,” ujar Awam.

Dia menggagas ”Gerakan 1.000 Dongeng Kejujuran” yang diluncurkan pada 18 Mei 2013. Hingga kini sudah sekitar 400 dongeng kejujuran yang dikirimkan ke Kampung Dongeng.

 

Berminat untuk belajar mendongeng? Segera cari tempat yang menurut kamu cocok untuk belajar mendongeng dan sebarkan kebaikan lewat mendongeng untuk anak-anak…. (SIE/TIA)

 

Sumber : Kompas

Editor : Caroline Damanik

keyboard_arrow_up